MUQADDIMAH :
Al-Qur’an adalah wahyu yang di turunkan oleh Alloh kepada Nabi Muhammad.
Sejak masa turunnya hingga sekarang, ayat-ayat dan surat-suratnya tak
putus-putusnya dibaca dan diperbincangkan oleh kaum Muslimin. Kita
semua tahu bahwa Al-Quran yang ada pada kita sekarang ini adalah
Al-Quran yang diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad s.a.w
empat belas abad yang lalu, dan Alloh telah menjaganya dari kebathilan
sampai hari qiyamat, sebagaimana di terangkan dalam firmanNya.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran, dan Kami tentu menjaganya." (QS 15:9)
وَإِنَّهُ
لَكِتَابٌ عَزِيزٌ (41) لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ
وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
"Sesungguhnya Al-Quran itu adalah kitab yang mulia dan tidak akan terjamah kebatilan dari awal sampai akhir. la diturunkan dari Tuhan yang Maha bijaksana dan Maha Terpuji." (QS 41: 41-42)
I. DALIL ( PETUNJUK ) PENURUNAN AL-QUR’AN ATAS TUJUH HURUF
Sungguh
banyak hadits-hadits yang menerangkan hal itu, di antaranya yang di
riwayatkan dari Umar bin al-Khottob semoga Alloh meridoinya
.
.
حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنِى اللَّيْثُ قَالَ حَدَّثَنِى
عُقَيْلٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِى عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ
أَنَّ الْمِسْوَرَ بْنَ مَخْرَمَةَ وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَبْدٍ
الْقَارِىَّ حَدَّثَاهُ أَنَّهُمَا سَمِعَا عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ
يَقُولُ سَمِعْتُ هِشَامَ بْنَ حَكِيمٍ يَقْرَأُ سُورَةَ الْفُرْقَانِ فِى
حَيَاةِ رَسُولِ اللهِ b فَاسْتَمَعْتُ لِقِرَاءَتِهِ فَإِذَا هُوَ يَقْرَأُ عَلَى حُرُوفٍ كَثِيرَةٍ لَمْ يُقْرِئْنِيهَا رَسُولُ اللهِ b فَكِدْتُ
أُسَاوِرُهُ فِى الصَّلاَةِ فَتَصَبَّرْتُ حَتَّى سَلَّمَ فَلَبَّبْتُهُ
بِرِدَائِهِ فَقُلْتُ مَنْ أَقْرَأَكَ هَذِهِ السُّورَةَ الَّتِى
سَمِعْتُكَ تَقْرَأُ . قَالَ أَقْرَأَنِيهَا رَسُولُ اللهِ b. فَقُلْتُ كَذَبْتَ فَإِنَّ رَسُولَ اللهِ b قَدْ أَقْرَأَنِيهَا عَلَى غَيْرِ مَا قَرَأْتَ ، فَانْطَلَقْتُ بِهِ أَقُودُهُ إِلَى رَسُولِ اللهِ b فَقُلْتُ إِنِّى سَمِعْتُ هَذَا يَقْرَأُ بِسُورَةِ الْفُرْقَانِ عَلَى حُرُوفٍ لَمْ تُقْرِئْنِيهَا . فَقَالَ رَسُولُ اللهِ b أَرْسِلْهُ اقْرَأْ يَا هِشَامُ . فَقَرَأَ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةَ الَّتِى سَمِعْتُهُ يَقْرَأُ . فَقَالَ رَسُولُ اللهِ b كَذَلِكَ أُنْزِلَتْ . ثُمَّ قَالَ اقْرَأْ يَا عُمَرُ . فَقَرَأْتُ الْقِرَاءَةَ الَّتِى أَقْرَأَنِى ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ b كَذَلِكَ أُنْزِلَتْ ، إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ .٭ رواه البخارى
Bercerita kepadaku Said bin Ufair dia berkata, bercerita padaku Laits dia berkata, bercerita padaku Uqail dari Ibnu Syihab dia berkata, bercerita padaku Urwah bin Zubair, Sesungguhnya Miswar bin Mahkromah dan Abdurrohman bin Abdul Qoriy bercerita kepadanya, Sesungguhnya keduanya mendengar dari Umar, dia berkata, Saya mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqon pada masa hidup Rosululloh, aku dengarkan bacaannya ternyata dia membaca dengan huruf-huruf yang banyak yang tidak membacakannya Rosululloh kepadaku, maka hampir aku menyalahkannya pada waktu sholat, maka aku bersabar hingga dia mengucapkan salam, lalu aku tarik jubahnya dan aku Tanya : Siapa yang membacakan surat kepadamu yang tadi aku dengar? Dia menjawab : Rosululloh membacakannya padaku. Aku berkata : Kau dusta, karena Rosululloh membacakan surat itu kepadaku tidak seperti yang kau baca. Lalu aku pergi membawanya kepada Rosululloh, Aku berkata : Ya Roaululloh, aku dengar dia ( Hisyam ) membaca surat Al-Furqon dengan huruf yang tidak engkau bacakan kepadaku. Lalu Rosululloh bersabda : Bacalah Hisyam ! lalu dia ( Hisayam ) membaca dengan bacaan yang tadi aku dengar. Lalu Rosululloh bersabda : Begitulah dia ( Al-Qur’an ) di turunkan. Kemudian Rosululloh bersabda : Bacalah Umar ! Lalu aku baca dengan bacaan yang beliau bacakan kepadaku. Lalu Rosululloh bersabda : Begitulah dia ( al-Qur’an ) di turunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an di turunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah apa yang mudah bagimu. ( HR Bukhori )
حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِى سُلَيْمَانُ عَنْ يُونُسَ عَنِ ابْنِ
شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ
مَسْعُودٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللهِ b قَالَ أَقْرَأَنِى جِبْرِيلُ عَلَى حَرْفٍ ، فَلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ ٭ رواه البخارى
Bercerita padaku Ismail dia berkata, bercerita padaku Sulaiman dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Ubaidillah ibna Abdillah ibna Utbah ibna Mas’udi dari Ibnu abbas Rodiyallohu anhuma, Sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda : Telah membacakan padaku Jibril atas huruf, maka tidak henti-hentinya aku minta tambahan padanya sehingga sampai pada tujuh huruf. ( HR Bukhori )
II. HIKMAH PENURUNAN AL-QURAN DENGAN TUJUH HURUF
Yaitu
meringankan dan memudahkan kepada Umat Muhammad, karena bangsa Arab
yang di turuni Al-Qur’an dengan bahasa mereka, lisan mereka
berbeda-beda, dan dialek mereka juga berbeda-beda, maka kalau Alloh
membebani mereka dengan dialek yang berbeda dan berpindah pada lainnya
pasti hal itu berat bagi mereka, dan tentu termasuk pembebanan hal yang
tak mampu di lakukan , dan hal itu bertentangan dengan toleransi islam
dan kemudahannya.
III. YANG DI MAKSUD DENGAN TUJUH HURUF
Para
Ulama’ telah banyak berselisih tentang apa yang di maksud dengan tujuh
huruf, mereka berbeda pendapat, tetapi pendapat yang di pilih oleh
Syekh Abdul Fatah Al-Qodi dalam kitabnya Al-Wafi ialah pendapat Imam
Abu Fadl Ar Rozi, yaitu : bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf
adalah segi-segi yang terjadi padanya perubahan dan perbedaan, dan
segi-segi ini tidak keluar dari tujuh, yaitu :
- Perbedaan isim dalam mufrod,mutsanna dan jama’
- Perbedaan penafsiran Fi’il dari madly, mudhori’ dan amar
- Perbedaan segi pengi’roban
- Perbedaan dengan menetapkan dan membuang
- Perbedaan dengan mendahulukan dan mengakhirkan
- Perbedaan dengan menjadikan satu huruf pada tempat lain
- Perbedaan
pada dialek seperti fatah, imalah, idghom dan idhar, mengganti hamzah
dan mentakhfifkannya dan menaqolkan harokat hamzah atau menetapkannya.
IV. KENAPA BACAAN-BACAAN ITU DI NISBATKAN KEPADA PARA IMAM AHLI MEMBACA ?
Adanya
bacaan itu di nisbatkan kepada para Imam ahli membaca, karena
masing-masing Imam tersebut menghabiskan masa hidupnya membaca qiroah
yang ia masyhur dengannya, dan ia bacakan kepada manusia maka di katakan
qiro’ah Nafi’ begini, dan qiro’ah Ibnu katsir begini. Maka ini
penisbatan yang langgeng dan melekat begitu juga bacaan dan
membacakannya, dan bukan penisbatan yang di buat-buat atau di
ada-adakan. Al-Qur’an dan Qiroat ini diterima dengan Talaqqi dan dari
lisan langsung juga dari syekh-syekh yang bersambung sanadnya dengan
Rosululloh SAW.
V. TUJUH IMAM QIROAH
Diantara
para Imam Qurro’ yang paling banyak di kenal adalah tujuh Imam
Qiro’ah. Mereka ini menjadi rujukan dalam ilmu qiro’ah dan mengalahkan
Imam-imam yang lain. Dari masing-masing tujuh Imam itu dikenal dua
orang perowi di antara sekian banyak perowi yang tidak bisa di hitung
jumlahnya.
Nama-nama tujuh Imam dan dua orang perowinya itu adalah :
- Nafi’ Al Madaniy dua orang perowinya adalah Qolun dan Warsy
- Ibnu Kastir Al Makiy dua orang perowinya adalah Al Bazzi dan Qumbul
- Abu Amr Al Bashriy dua orang perowinya adalah Ad Duri dan As Susi
- Ibnu Amir Ad Dimasqiy dua orang perowinya adalah Hisyam dan Ibnu Dzakwan
- ‘Asyim Al Kufiy dua orang perowinya adalah syu’bah dan Hafsh
- Hamzah Al Kufiy dua orang perowinya adalah Kholaf dan Khollad
- Al Kisa’I Al Kufiy dua orang perowinya adalah Abul Harits dan Ad Duri
Semoga dapat bermanfa'at
Semoga dapat bermanfa'at