Pernahkah
anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut,
hingga jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah
berpisah dengan badan? Lalu apa perasaan anda saat itu? Adakah anda
mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir bahwa anda juga pasti akan
menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian, pernahkah terlintas tanya di
benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah dengan jasad?
Hadits
yang panjang dari Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam di
bawah ini memberi ilmu kepada kita tentang hal itu. Sungguh ini suatu
berita yang shahih (benar) dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan setiap berita yang datang darinya pasti benar adanya
karena: “Tidaklah beliau berbicara dari hawa nafsunya, hanyalah yang
beliau sampaikan adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An-Najm: 3-4)
Simaklah…!
Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkisah,
“Kami
keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengantar
jenazah seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman dan ketika
itu lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar beliau dalam keadaan
terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang
kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika itu ada sebuah ranting yang digunakannya untuk
mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke langit dan melihat ke
bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga kali.
Kemudian bersabda,
“Hendaklah
kalian meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari adzab
kubur,” diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdoa,
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,” pinta beliau sebanyak tiga kali. Setelahnya beliau bersabda,
“Sesungguhnya
seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke
alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit. Wajah-wajah
mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan
wangi-wangian dari surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata
memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihissalam hingga duduk
di sisi kepala si mukmin seraya berkata,
“Wahai
jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.” Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana
mengalirnya tetesan air dari mulut wadah kulit. Malaikat maut
mengambilnya. (Dalam satu riwayat disebutkan: Hingga ketika keluar
ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta
seluruh malaikat yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan
untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada seorang pun malaikat yang menjaga
pintu malaikat kecuali mesti berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
agar ruh si mukmin diangkat melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah
diambil oleh malaikat maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada di
tangannya melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah
putih. Mereka meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan
wangi-wangian yang mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi
yang paling semerbak dari aroma wewangian yang pernah tercium di muka
bumi.
Kemudian
para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati
sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang baik ini?”
Para
malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya
yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia orang-orang menamakannya
dengan nama tersebut.
Demikian,
hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun meminta
dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah
pintu langit. Penghuni setiap langit turut mengantarkan ruh tersebut
sampai ke langit berikutnya, hingga mereka sampai ke langit ke tujuh.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-Ku ini di
‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi karena dari tanah mereka Aku
ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam
tanah mereka akan Aku keluarkan pada kali yang lain.”
Si
ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah.
Maka sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke
kuburnya ketika mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua
orang malaikat yang sangat keras hardikannya, keduanya menghardiknya,
mendudukkannya lalu menanyakan padanya,
“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
“Siapakah
lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi “Dia
adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jawabnya
“Apa amalmu?” pertanyaan berikutnya “Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,” jawabnya.
Ini
adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang
mukmin. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkannya sebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya:
“Allah
menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh
dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)
Terdengarlah
suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah benar
hamba-Ku. Maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah
ia pakaian dari surga, dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!” Lalu
datanglah kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta
dilapangkan baginya kuburnya sejauh mata memandang.
Kemudian
ia didatangi oleh seseorang yang berwajah bagus, berpakaian bagus dan
harum baunya, seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang
menggembirakanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.” Si
mukmin bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah
yang datang dengan kebaikan.” “Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku
tidak mengetahui dirimu melainkan seorang yang bersegera menaati Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan lambat dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kebaikan,”
jawab yang ditanya
Kemudian
dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu
dikatakan, “Ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala
menggantikan bagimu dengan surga ini.” Maka bila si mukmin melihat apa
yang ada dalam surga, ia pun berdoa, “Wahai Rabbku, segerakanlah
datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan
hartaku.” Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh.
Beliau
bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang kafir (dalam satu riwayat:
hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam
akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku, dan
berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka
duduk dekat si kafir sejauh mata memandang.
Kemudian
datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si kafir seraya
berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan
kemarahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Ruh yang buruk itu pun
terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh malaikat
maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang
basah, hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya.
Seluruh
malaikat di antara langit dan bumi dan seluruh malaikat yang ada di
langit melaknatnya. Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang pun
malaikat penjaga pintu kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
agar ruh si kafir jangan diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat
maut mengambil ruh yang telah berpisah dengan jasad tersebut, namun
tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat maut
melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu
dibungkus dalam kain yang kasar.
Dan
keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah
didapatkan di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut
naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti
ditanya, “Siapakah ruh yang buruk ini?” Para malaikat yang membawanya
menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling jelek yang
dulunya ketika di dunia ia dinamakan dengannya. Demikian, hingga
rombongan itu sampai ke langit dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu
langit untuk membawa ruh tersebut, namun tidak dibukakan.”
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat: “Tidak
dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke
dalam surga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di
bumi yang paling bawah.’ Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja.”
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat: “Dan siapa yang
menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari langit
lalu ia disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat yang
jauh lagi membinasakan.” (Al-Hajj: 31)
Si
ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah.
Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya.
Keduanya menghardiknya, mendudukkannya dan menanyakan kepadanya,
“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Hah… hah… Aku tidak tahu.”
Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Hah… hah… Aku tidak tahu,” jawabnya.
“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi. Kembali ia menjawab, “Hah… hah… aku tidak tahu.”
Terdengarlah
suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah dusta orang
itu. Maka bentangkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakan
untuknya sebuah pintu ke neraka!”
Lalu
datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya
hingga bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya
kuburnya).
Kemudian
seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk
mendatanginya seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang
menjelekkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Si
kafir bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah
yang datang dengan kejelekan.” “Aku adalah amalmu yang jelek. Demi
Allah, aku tidak mengetahui dirimu ini melainkan sebagai orang yang
lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun sangat bersegera
dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kejelekan,” jawab yang ditanya.
Kemudian
didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di tangannya
ada sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung
niscaya gunung itu akan hancur menjadi debu. Lalu orang yang buta, bisu
dan tuli itu memukul si kafir dengan satu pukulan hingga ia menjadi
debu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan jasadnya
sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. Ia
pun menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk,
kecuali jin dan manusia.
Kemudian
dibukakan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan
neraka, maka ia pun berdoa, “Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan
hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/287, 288, 295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753,
dll, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi
Dawud dan Ahkamul Jana`iz hal. 202)
Pembaca
yang mulia, maka setelah membaca pengabaran beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam di atas, masihkah tersisa angan yang panjang dalam kehidupan
dunia ini?
Adakah jiwa masih berani bermaksiat kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya?
Manakah
yang menjadi pilihan saat harus menghadapi kenyataan datangnya maut
menjemput: ruh diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit lalu
beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina lalu
beroleh adzab yang pedih?
Bagi
hati yang lalai, bangkit dan berbenah dirilah untuk menghadapi “hari
esok” yang pasti datangnya. Adapun hati yang ingat, istiqamah-lah sampai
akhir…
Sungguh
hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan
berita di atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah
memohon kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang,
“Ya
Allah, berilah kami taufik kepada kebaikan dan istiqamah di atasnya
sampai akhir hidup kami. Jangan jadikan kami silau dan tertipu dengan
kehidupan dunia yang fana hingga melupakan pertemuan dengan-Mu.
Wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khatimah. Lindungi kami dari adzab
kubur dan dari siksa neraka yang amat pedih. Ya Arhamar Rahimin,
berilah nikmat kepada kami dengan surga-Mu yang seluas langit dan bumi.
Amin… Ya Rabbal ‘Alamin.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Post a Comment
Panduan Memberi Komentar 1.Masukan komentar anda 2.Lalu pada kata 'beri komentar sebagai' , pilih account yang anda punya, bagi yang belum mempunyai account pilih Name/url, isi nama anda dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat facebook anda(untuk mengetahui alamat facebook anda silahkan login ke facebook dan pilih profile anda, anda dapat melihat alamat Facebook anda di atas, contoh alamat Facebook punya saya http://www.facebook.com/profile.php?id=1823916177 3.dan kemudian Publikasikan 4.Selesai dan anda tinggal menunggu komentar anda muncul Semoga bermanfa'at.
Post a Comment
Panduan Memberi Komentar
1.Masukan komentar anda
2.Lalu pada kata 'beri komentar sebagai' , pilih account yang anda punya, bagi yang belum mempunyai account pilih Name/url, isi nama anda dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat facebook anda(untuk mengetahui alamat facebook anda silahkan login ke facebook dan pilih profile anda, anda dapat melihat alamat Facebook anda di atas, contoh alamat Facebook punya saya http://www.facebook.com/profile.php?id=1823916177
3.dan kemudian Publikasikan
4.Selesai dan anda tinggal menunggu komentar anda muncul
Semoga bermanfa'at.