Cara Membedakan Cahaya Bintang dan Planet di Malam Hari
Salah satu obyek paling menarik di langit
malam bagi astronom amatir adalah planet-planet besar di tata surya.
Paling tidak, ada empat planet utama yang bisa diamati dengan jelas,
yakni Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.
Namun, untuk mengamati planet-planet tersebut, seorang pengamat harus bisa membedakan penampakan planet dan bintang di langit malam. Bagi mata orang awam, seluruh obyek tampak sama, berupa titik cahaya yang bertebaran di langit dan secara umum disamakan sebagai "bintang".
Ada beberapa cara membedakan planet dan bintang di langit malam dengan mata telanjang tanpa bantuan alat. Setelah mata telanjang bisa mengenali mana planet dan mana bintang, baru orang dapat meneropong planet yang ingin diamati.
Beberapa caranya adalah:
1. Cahaya planet tampak lebih terang dan ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bintang.
Hal ini karena letak mereka lebih dekat dibandingkan dengan jarak bintang. Salah satu contoh planet yang paling mudah dikenali adalah Venus. Biasanya tampak sesaat setelah Matahari tenggelam dan menjelang Matahari terbit. planet Venus sering disebut "Bintang Fajar" atau "Bintang Kejora" karena cahayanya sangat cemerlang. Adapun planet Mars dapat dikenali dari cahayanya yang berwarna kemerahan.
2. Cahaya bintang tampak berkelap-kelip, sedangkan cahaya planet cenderung tidak berkelap-kelip.
Letak bintang sangat jauh dari Bumi sehingga cahaya yang tiba di permukaan Bumi sudah sangat lemah dan mudah terganggu turbulensi udara di atmosfer. Turbulensi udara ini bisa membiaskan atau membelokkan cahaya sehingga cahaya bintang tampak berkelap-kelip.
Sedang cahaya dari planet cenderung lebih stabil karena planet lebih dekat sehingga cahaya yang sampai di permukaan Bumi "lebih banyak". Gangguan turbulensi udara di atmosfer juga tak terlalu berpengaruh.
3. Planet terlihat bergerak terhadap latar belakang bintang-bintang yang lain.
Apabila pengamatan dilakukan beberapa hari berturut-turut, akan terlihat posisi planet akan berpindah dari hari ke hari (waktu terbit atau tenggelam akan berbeda dari hari ke hari).
Hal ini disebabkan gerakan Bumi mengelilingi Matahari sehingga posisi planet-planet itu akan terlihat bergeser pada hari yang berbeda. Karakter ini juga dapat dijadikan patokan untuk membedakan planet dan bintang.

Namun, untuk mengamati planet-planet tersebut, seorang pengamat harus bisa membedakan penampakan planet dan bintang di langit malam. Bagi mata orang awam, seluruh obyek tampak sama, berupa titik cahaya yang bertebaran di langit dan secara umum disamakan sebagai "bintang".

Gugusan BINTANG
Gugusan PLANET
Padahal, ada perbedaan mendasar antara
planet dan bintang. Salah satunya, bintang memancarkan cahaya sendiri
(Matahari adalah sebuah bintang), sedangkan planet terlihat bercahaya
karena memantulkan cahaya Matahari (seperti Bulan).Ada beberapa cara membedakan planet dan bintang di langit malam dengan mata telanjang tanpa bantuan alat. Setelah mata telanjang bisa mengenali mana planet dan mana bintang, baru orang dapat meneropong planet yang ingin diamati.
Beberapa caranya adalah:
1. Cahaya planet tampak lebih terang dan ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bintang.
Hal ini karena letak mereka lebih dekat dibandingkan dengan jarak bintang. Salah satu contoh planet yang paling mudah dikenali adalah Venus. Biasanya tampak sesaat setelah Matahari tenggelam dan menjelang Matahari terbit. planet Venus sering disebut "Bintang Fajar" atau "Bintang Kejora" karena cahayanya sangat cemerlang. Adapun planet Mars dapat dikenali dari cahayanya yang berwarna kemerahan.
2. Cahaya bintang tampak berkelap-kelip, sedangkan cahaya planet cenderung tidak berkelap-kelip.
Letak bintang sangat jauh dari Bumi sehingga cahaya yang tiba di permukaan Bumi sudah sangat lemah dan mudah terganggu turbulensi udara di atmosfer. Turbulensi udara ini bisa membiaskan atau membelokkan cahaya sehingga cahaya bintang tampak berkelap-kelip.
Sedang cahaya dari planet cenderung lebih stabil karena planet lebih dekat sehingga cahaya yang sampai di permukaan Bumi "lebih banyak". Gangguan turbulensi udara di atmosfer juga tak terlalu berpengaruh.
3. Planet terlihat bergerak terhadap latar belakang bintang-bintang yang lain.
Apabila pengamatan dilakukan beberapa hari berturut-turut, akan terlihat posisi planet akan berpindah dari hari ke hari (waktu terbit atau tenggelam akan berbeda dari hari ke hari).
Hal ini disebabkan gerakan Bumi mengelilingi Matahari sehingga posisi planet-planet itu akan terlihat bergeser pada hari yang berbeda. Karakter ini juga dapat dijadikan patokan untuk membedakan planet dan bintang.
Apa Itu Bintang?
Bintang
merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu
dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan
cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang
lain. Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri.
Secara umum sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan
cahaya sendiri (bintang nyata).
Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah:
"Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir."
Oleh
sebab itu bintang katai putih dan bintang neutron yang sudah tidak
memancarkan cahaya atau energi tetap disebut sebagai bintang. Bintang
terdekat dengan Bumi adalah Matahari pada jarak sekitar 149,680,000
kilometer, diikuti oleh Proxima Centauri dalam rasi bintang Centaurus
berjarak sekitar empat tahun cahaya.
SEJARAH PENGAMATAN
Bintang-bintang
telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang digunakan
dalam praktik-praktik keagamaan, dalam navigasi, dan bercocok tanam.
Kalender Gregorian, yang digunakan hampir di semua bagian dunia, adalah
kalender matahari, mendasarkan diri pada posisi Bumi relatif terhadap
bintang terdekat, Matahari.
Astronom-astronom
awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali ‘bintang-bintang baru’ di
langit (kemudian dinamakan novae) menunjukkan bahwa langit tidaklah
kekal. Pada 1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang
sebenarnya adalah matahari-matahari lain, dan mungkin saja memiliki
planet-planet seperti Bumi di dalam orbitnya, ide yang telah diusulkan
sebelumnya oleh filsuf-filsuf Yunani kuno seperti Democritus dan
Epicurus. Pada abad berikutnya, ide bahwa bintang adalah matahari yang
jauh mencapai konsensus di antara para astronom. Untuk menjelaskan
mengapa bintang-bintang ini tidak memberikan tarikan gravitasi pada tata
surya, Isaac Newton mengusulkan bahwa bintang-bintang terdistribusi
secara merata di seluruh langit, sebuah ide yang berasal dari teolog
Richard Bentley.
Astronom
Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas pada
bintang Algol pada 1667. Edmond Halley menerbitkan pengukuran pertama
gerak diri dari sepasang bintang “tetap” dekat, memperlihatkan bahwa
mereka berubah posisi dari sejak pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus
dan Hipparchus. Pengukuran langsung jarak bintang 61 Cygni dilakukan
pada 1838 oleh Friedrich Bessel menggunakan teknik paralaks.
William
Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan distribusi
bintang di langit. Selama 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar 600
daerah langit berbeda. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang
bertambah secara tetap ke suatu arah langit, yakni pusat galaksi Bima
Sakti. Putranya John Herschel mengulangi pekerjaan yang sama di hemisfer
langit sebelah selatan dan menemukan hasil yang sama. Selain itu
William Herschel juga menemukan bahwa beberapa pasangan bintang bukanlah
bintang-bintang yang secara kebetulan berada dalam satu arah garis
pandang, melainkan mereka memang secara fisik berpasangan membentuk
sistem bintang ganda.
KLASIFIKASI
Berdasarkan
spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang dinyatakan
dengan huruf O, B, A, F, G, K, M yang juga menunjukkan urutan suhu,
warna dan komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh
Observatorium Universitas Harvard dan Annie Jump Cannon pada tahun
1920an dan dikenal sebagai sistem klasifikasi Harvard. Untuk mengingat
urutan penggolongan ini biasanya digunakan kalimat "Oh Be A Fine Girl
Kiss Me". Dengan kualitas spektrogram yang lebih baik memungkinkan
penggolongan ke dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh sebuah
bilangan (0 hingga 9) yang mengikuti huruf. Sudah menjadi kebiasaan
untuk menyebut bintang-bintang di awal urutan sebagai bintang tipe awal
dan yang di akhir urutan sebagai bintang tipe akhir. Jadi, bintang A0
bertipe lebih awal daripada F5, dan K0 lebih awal daripada K5.
Pada
tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman
dari Observatorium Yerkes menambahkan sistem pengklasifikasian
berdasarkan kuat cahaya atau luminositas, yang seringkali merujuk pada
ukurannya. Pengklasifikasian tersebut dikenal sebagai sistem klasifikasi
Yerkes dan membagi bintang ke dalam kelas-kelas berikut :
Ø 0 Maha maha raksasa
Ø I Maharaksasa
Ø II Raksasa-raksasa terang
Ø III Raksasa
Ø IV Sub-raksasa
Ø V deret utama (katai)
Ø VI sub-katai
Ø VII katai putih
Umumnya
kelas bintang dinyatakan dengan dua sistem pengklasifikasian di atas.
Matahari kita misalnya, adalah sebuah bintang dengan kelas G2V, berwarna
kuning, bersuhu dan berukuran sedang.
Diagram
Hertzsprung-Russell adalah diagram hubungan antara luminositas dan
kelas spektrum (suhu permukaan) bintang. Diagram ini adalah diagram
paling penting bagi para astronom dalam usaha mempelajari evolusi
bintang.
TERBENTUKNYA BINTANG
Bintang
terbentuk di dalam awan molekul; yaitu sebuah daerah medium
antarbintang yang luas dengan kerapatan yang tinggi (meskipun masih
kurang rapat jika dibandingkan dengan sebuah vacuum chamber yang ada di
Bumi). Awan ini kebanyakan terdiri dari hidrogen dengan sekitar 23–28%
helium dan beberapa persen elemen berat. Komposisi elemen dalam awan ini
tidak banyak berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang pada saat
awal alam semesta.
Gravitasi
mengambil peranan sangat penting dalam proses pembentukan bintang.
Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di dalam
awan molekul yang dapat memiliki massa ribuan kali matahari.
Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh gelombang kejut dari
supernova atau tumbukan antara dua galaksi. Sekali sebuah wilayah
mencapai kerapatan materi yang cukup memenuhi syarat terjadinya
instabilitas Jeans, awan tersebut mulai runtuh di bawah gaya
gravitasinya sendiri.
Berdasarkan
syarat instabilitas Jeans, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri,
melainkan dalam kelompok yang berasal dari suatu keruntuhan di suatu
awan molekul yang besar, kemudian terpecah menjadi konglomerasi
individual. Hal ini didukung oleh pengamatan dimana banyak bintang
berusia sama tergabung dalam gugus atau asosiasi bintang.
Begitu
awan runtuh, akan terjadi konglomerasi individual dari debu dan gas
yang padat yang disebut sebagai globula Bok. Globula Bok ini dapat
memiliki massa hingga 50 kali Matahari. Runtuhnya globula membuat
bertambahnya kerapatan. Pada
proses ini energi gravitasi diubah menjadi energi panas sehingga
temperatur meningkat. Ketika awan protobintang ini mencapai
kesetimbangan hidrostatik, sebuah protobintang akan terbentuk di
intinya. Bintang pra deret utama ini seringkali dikelilingi oleh
piringan protoplanet. Pengerutan atau keruntuhan awan molekul ini
memakan waktu hingga puluhan juta tahun. Ketika peningkatan temperatur
di inti protobintang mencapai kisaran 10 juta kelvin, hidrogen di inti
'terbakar' menjadi helium dalam suatu reaksi termonuklir. Reaksi nuklir
di dalam inti bintang menyuplai cukup energi untuk mempertahankan
tekanan di pusat sehingga proses pengerutan berhenti. Protobintang kini memulai kehidupan baru sebagai bintang deret utama.
Menjelang
kematiannya, sebuah bintang bisa meledak. Ledakan bintang ini disebut
nova. Istilah ini berarti “baru” karena seolah-olah telah lahir sebuah
bintang baru. Kalau bintang yang meledak berukuran besar, maka
ledakannya juga sangat besar, sampai-sampai menghancurkan
bintang-bintang lain. Ledakan bintang besar ini disebut sebagai supernova.
Setelah
meledak, materi bintang yang tersisa akan mengerut dan memadat dengan
kepadatan yang luar biasa dan gravitasinya begitu kuat sampai-sampai
cahaya pun tak bisa lepas. Materi bekas bintang inilah yang disebut
black hole (lubang hitam).
Sumber : Wikipedia
Post a Comment
Panduan Memberi Komentar
1.Masukan komentar anda
2.Lalu pada kata 'beri komentar sebagai' , pilih account yang anda punya, bagi yang belum mempunyai account pilih Name/url, isi nama anda dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat facebook anda(untuk mengetahui alamat facebook anda silahkan login ke facebook dan pilih profile anda, anda dapat melihat alamat Facebook anda di atas, contoh alamat Facebook punya saya http://www.facebook.com/profile.php?id=1823916177
3.dan kemudian Publikasikan
4.Selesai dan anda tinggal menunggu komentar anda muncul
Semoga bermanfa'at.